Hidroponik merupakan metode budidaya tanaman tanpa
menggunakan tanah sebagai media tumbuh. Hidroponik berasal dari bahasa Yunani
yang terbagi menjadi dua kata yakni Hydro
yang berarti air dan ponos yang berarti daya. Secara harfiah,
hidroponik berarti penanaman dalam air yang menggunakan campuran hara. Metode
budidaya tanaman secara hidroponik telah berkembang sejak pertama kali
dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penemuan unsur-unsur
hara essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian tentang
unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai pada tahun 1600-an. Istilah
hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan
percobaan hara tanaman dalam skala. Selanjutnya hidroponik didefinisikan secara
ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi
menggunakan media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau
sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen essensial
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman.
Kelebihan sistem hidroponik adalah produksi per
tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik, kehilangan pasca panen lebih
minimum, harga lebih tinggi dan relatif konstan, kepadatan tanaman per satuan
luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan, mutu produk
(bentuk, ukuran, rasa, warna kebersihan) lebih terjamin, tidak tergantung musim
atau waktu tanam, dan panen dapat sesuai dengan kebutuhan pasar. Kekurangan
dari sistem hidroponik adalah biaya konstruksi dan instalasi yang relative mahal, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang bagaimana menumbuhan tanaman serta acara pemberian unsur hara yang tepat, jenis penyakit yang biasa ditularkan lewat tanah atau yang disebakan oleh nematoda sangat mudah sekali menyebar di area hidroponik yang kebutuhan cairan nutrisinya disuplai oleh tangki yang sama, tanaman menunjukkan reaksi yang luar biasa cepat terhadap kondisi nutrisi yang bagus atau jelek, sehingga diperlukan pengontrolan yang ketat dan kegiatan operasionalnya sering kali bergantung pada ketersediaan energi listrik.
Syarat-syarat dari hidroponik adalah mempunyai kemampuan untuk menyeimbangkan antara kandungan air dan udara, sehingga harus bersifat porus dan berdaya ikat air yang tinggi, harus sesuai dengan segala jenis tanaman, sehingga memberikan hasil panen yang konsisten, tidak mengandung biji gulma maupun spora jamur, dapat dipergunakan lagi dan ringan,
aman terhadap kesehatan tubuh dan tidak merusak lingkungan, mempunyai sifat yang memudahkan untuk mengukur kelembaban di daerah perakaran.
Media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik
terdiri dari 2 media tanam yaitu media tanam organik dan anorganik. Media tanaman organik yaitu pasir, kerikil, vermikulit, dan
rockwool. Media tanam organik
yaitu sabut kelapa, arang sekam, akar pakis, sebuk gergaji.
Kelebihan media tanam anorganik adalah permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama, porus, aerasi optimal, cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab, sterilitasnya lebih terjamin dan jarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus.
Kerugian media tanam anorganik adalah bukan media yang baik bagi perkembangan organism bermanfaat seperti Mikoriza, media lebih berat, karena umumnya berupa batuan, terlalu cepat mengatuskan air, nutrisi yang diberikan sering terbuang
dan kurang baik bagi perkembangan system perakaran.
Keuntungan media tanam organik adalah kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi, baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat, aerasi optimal (porus), kemampuan menyangga pH tinggi, sangat cocok bagi perkembangan perakaran dan
lebih ringan.
Sistem hidroponik yang
dapat dikembangkan terdiri dari 2 teknik, yaitu hidroponik substrat dan
hidroponik non substrat. Adanya dua teknik dalam hidroponik ini, akan menjadi
semakin mudah dan eifisien dalam membudidayakan tanaman, utamanya tanaman
sayuran dan buah-buahan.Namun untuk mengubah budidaya tanaman dari konvensional
menjadi budidaya tanaman dengan teknik hidroponik membutuhkan modal awal yang
cukup besar, terlebih lagi dalam aplikasinya dibutuhkan teknologi tertentu.
Oleh karena itu untuk membuat suatu bentuk budidaya tanaman secara hidroponik,
harus benar-benar dipersiapkan.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan adalah Cocopeat, Arang sekam, benih sawi pakcoy, selada hijau,
nutrisi, botol aqua 1,5 liter, kain flanel, air, EC, Rockwool, curter steril,
bak persemaian dan TDS.
Cara Kerja
1.
Cara
kerja persemaian ;
1. Siapkan
semua bahan dan alat yang digunakan.
2. Potong
rockwool menjadi 12 bagian atau seperti gambar dibawah ini ;
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Tempatkan
rockwool di tempat bak persemaian kemudian siram dengan air secukupnya hingga
kondisi rockwool basah atau lembab.
4. Lubangi
rockwool untuk menanam benih sesuai dengan ukuran benih yang digunakan.
5. Tanam
benih pada setiap lubang rockwool yang sudah dilubangi.
6. Pastikan
kondisi rockwool tetap lembab hingga benih tumbuh menjadi bibit.
2.
Cara
kerja pembuatan nutrisi ;
Tahap
1
1.
Isi ember dengan 1 Liter air bersih.
2.
Campurkan Nutrisi A ke dalam ember.
3.
Aduk larutan nurisi hingga homogen.
Tahap
2
1.
Isi ember dengan 1 Liter air bersih.
2.
Campurkan Nutrisi B ke dalam ember.
3.
Aduk larutan nurisi hingga homogen.
Tahap
3
1.
Isi ember dengan air sebanyak 1 L air
bersih.
2.
Campurkan AB Mix masing masing larutan 5
ml kedalam bak atau ember.
3.
Aduk larutan nutrisi sampai homogen.
bagaimana teman-teman tertarik untuk mencobanya?
0 comments:
Post a Comment